Laporan terbaru Chainalysis mengungkapkan bahwa Indonesia kini menempati peringkat ketiga dalam adopsi kripto global, naik dari posisi ketujuh pada tahun sebelumnya. Kawasan Asia mendominasi daftar negara dengan adopsi kripto tertinggi, termasuk Indonesia yang mengalami pertumbuhan signifikan hingga 200%.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang tren dan data terbaru terkait adopsi kripto di Indonesia dan dunia. Berikut ulasannya!
Peringkat Adopsi Kripto Global 2024
Peringkat Adopsi Kripto Global 2024 menempatkan India di posisi pertama, diikuti oleh Nigeria dan Indonesia yang menduduki posisi ketiga. Amerika Serikat berada di peringkat keempat, diikuti oleh Vietnam di posisi kelima, yang turun dari posisi ketiganya pada tahun sebelumnya. Ukraina, Rusia, Filipina, Pakistan, dan Brasil melengkapi daftar 10 besar.
Wilayah Asia Selatan, Asia Tengah, dan Oseania (CSAO) mendominasi peringkat ini, dengan negara-negara seperti Indonesia mengalami lonjakan adopsi yang signifikan. Di beberapa wilayah, termasuk Afrika Sub-Sahara dan Amerika Latin, penggunaan DeFi dan kripto untuk kebutuhan sehari-hari semakin meningkat. Tren ini menunjukkan bahwa negara-negara dengan pendapatan menengah-bawah memanfaatkan kripto untuk mengatasi tantangan ekonomi dan meningkatkan akses ke layanan keuangan.
Selain itu, negara-negara seperti Brasil dan Turki juga masuk dalam 10 besar, mencerminkan pertumbuhan cepat adopsi kripto di Amerika Latin dan Timur Tengah. Aktivitas kripto global melonjak tajam antara akhir 2023 dan awal 2024, bahkan melampaui tingkat yang terlihat selama pasar bull tahun 2021.
Dominasi Asia di Pasar Kripto Global
Asia, khususnya Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Oseania, telah menjadi kekuatan dominan dalam adopsi kripto global. Kawasan ini menempati posisi penting dalam pasar kripto, dengan tujuh dari 20 negara teratas berasal dari wilayah tersebut. Negara-negara seperti India, Vietnam, Filipina, Indonesia, dan Pakistan menunjukkan perkembangan signifikan dalam hal volume transaksi dan daya beli.
Dalam hal volume transaksi mentah, wilayah Asia Tengah, Selatan, dan Oseania (CSAO) berada di peringkat ketiga secara global, hampir menyamai Amerika Utara dan Eropa. Adopsi keuangan terdesentralisasi (DeFi) juga berperan besar di kawasan ini, dengan peningkatan signifikan dalam volume transaksi DeFi yang mencapai 55,8% pada 2023, dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 35,2%.
Selain itu, penggunaan DeFi oleh pengguna ritel dan institusi di negara-negara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam juga terus meningkat, didorong oleh minat terhadap investasi alternatif. Di beberapa negara seperti Pakistan dan Vietnam, pertukaran P2P menjadi lebih populer, terutama di pasar yang memiliki regulasi ketat. Secara keseluruhan, Asia telah menegaskan dominasinya sebagai pusat kripto yang dinamis di dunia.
Kesimpulan
Dengan dominasi Asia dalam adopsi kripto global, khususnya di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Oseania, Indonesia telah memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar kripto dunia.
Lonjakan signifikan dalam adopsi kripto, baik melalui volume transaksi maupun penggunaan DeFi, menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan ini, termasuk Indonesia, semakin memanfaatkan teknologi kripto untuk menghadapi tantangan ekonomi dan membuka peluang baru.
Ke depannya, adopsi kripto di Indonesia diprediksi akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya minat terhadap inovasi keuangan. Dengan potensi besar yang dimiliki, Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya siap untuk memimpin dalam ekosistem kripto global, menciptakan kesempatan baru bagi investor dan pelaku industri di seluruh dunia.
Sumber:
Global Crypto Adoption Index 2024 Reveals Top Performers; India Leads. Diakses pada 2024. Coinpedia.
The 2024 Global Adoption Index: Central & Southern Asia and Oceania (CSAO) Region Leads the World in Terms of Global Cryptocurrency Adoption. Diakses pada 2024. Chainalysis.